Kerajaan Dayeuh Manggung Masanggrahan adalah sebuah
kerajaan kecil yang dipimpin oleh raja bernama Prabu
Panggung Keraton. Meski kecil namun kerajaan ini sangat makmur dan
rakyatnya terjamin kesejahteraannya. Sang prabu memiliki seorang
adik perempuan yang sangat cantik bernama Putri Rarang Purbaratna. Masyarakat
Dayeuh Manggung meyakini bahwa Putri mereka adalah titisan bidadari
karena Putri Rarang Purbaratna memiliki paras yang
sangat jelita. Kecantikannya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Rambutnya
sehitam malam dan panjang bak mayang terurai. Tubuhnya tinggi semampai dan
dipercantik dengan kulit yang seperti mutiara. Matanya bening dan selalu
berbinar seperti bintang. Alisnya hitam melengkung seperti busur. Hidungnya
mancung dan bibirnya semerah delima. Kecantikannya semakin sempurna dengan
sikap sang putri yang baik hati dan selalu menebar senyumnya yang menawan.
Namun prabu Panggung Keraton
sangat khawatir karena hingga usianya yang sudah menginjak remaja, putri Rarang
Purbaratna belum juga mendapatkan jodoh. Maka suatu hari prabu Panggung Keraton
memanggil adik kesayangannya.
"Rayi putri, ada yang ingin kakang tanyakan kepada Rayi. Hal ini menyangkut masa depan Rayi. Dan kakang harap rayi mau berterus terang pada kakang," kata sang prabu.
"Mengenai apa kakang? " tanya putri.
"Rayi...Rayi sekarang sudah remaja. Dsn kakang merasa sudah saatnya rayi mendapatkan jodoh. Kalau kakang boleh tahu, sudahkah ada pemuda pilihan hatimu?" tanya prabu.
"Ampun kakang. Rayi memang sudah lama memikirkan hal ini, namun memang rayi belum tahu siapa yang akan menjadi jodoh rayi. Bagi rayi tidak soal siapa yang akan menjadi pendamping rayi. Asalkan dia bisa memenuhi persyaratan rayi, maka rayi akan menerimanya apa adanya." tutur putri.
"Hmmm...persyaratan apa rayi?" tanya prabu.
"Syaratnya hanyalah menjelaskan teka-teki dari rayi!" kata putri.
"Apa bunyi teka-tekinya?" tanya prabu.
"Begini:
"Rayi putri, ada yang ingin kakang tanyakan kepada Rayi. Hal ini menyangkut masa depan Rayi. Dan kakang harap rayi mau berterus terang pada kakang," kata sang prabu.
"Mengenai apa kakang? " tanya putri.
"Rayi...Rayi sekarang sudah remaja. Dsn kakang merasa sudah saatnya rayi mendapatkan jodoh. Kalau kakang boleh tahu, sudahkah ada pemuda pilihan hatimu?" tanya prabu.
"Ampun kakang. Rayi memang sudah lama memikirkan hal ini, namun memang rayi belum tahu siapa yang akan menjadi jodoh rayi. Bagi rayi tidak soal siapa yang akan menjadi pendamping rayi. Asalkan dia bisa memenuhi persyaratan rayi, maka rayi akan menerimanya apa adanya." tutur putri.
"Hmmm...persyaratan apa rayi?" tanya prabu.
"Syaratnya hanyalah menjelaskan teka-teki dari rayi!" kata putri.
"Apa bunyi teka-tekinya?" tanya prabu.
"Begini:
Teras kangkung hati
bitung
Bekas itik dalam
lubuk
Bekas angsa pada
bantar
Bekas semut di atas
batu
Daun padi kering
menjarum
Sisir kecil tanduk
kucing
Siisr besar tanduk
kuda
Kemben layung
kasunten
Berhiaskan bianglala
Tulis langit gurat
mega
Panjangnya seputar
jagat
Intan sebesar buah labu...
Begitulah bunyinya" kata putri.
Keesokan harinya prabu Panggung Keraton mengirim
ratusan utusan yang disebar ke seluruh negeri, bahkan juga ke negeri-negeri
yang jauh.
Maka tidak berapa lama halaman istana sudah dipenuhi
ribuan pemuda dan bahkan pria-pria tua yang ingin mengikuti sayembara. Sayang
tidak satupun dari mereka yang bisa memecahkan teka-teki tersebut.
Beberapa hari kemudian banyak raja-raja dari negeri
tetangga yang sudah mendengar mengenai kabar kecantikan putri Rarang Purbaratna
mulai berdatangan. Namun mereka juga gagal. Salah seorang raja yang juga gagal bernama prabu Gajah Menggala
dari kerajaan Kuta Genggelang. Prabu Gajah Manggala sangat kecewa dengan
kegagalannya. Dia bersumpah akan menyerang kerajaan Dayeuh Manggung jika suatu
hari nanti putri Rarang Purbaratna menemukan jodohnya.
Sementara itu Pangeran Munding Larik dari kerajaan
Pakuan Pajajaran yang sudah berhari-hari mengembara di lautan, tanpa sengaja
terdampar di kerajaan Dayeuh Manggung. Pangeran Munding Larik adalah seorang pemuda yang sangat tampan
dan gagah. Dia melakukan pengembaraan dalam rangka menambah wawasan dan
pengalaman sebelum dia naik tahta menggantikan ayahandanya yang sudah sepuh.
Selain itu ibundanya juga berharap pangeran Munding Larik akan menemukan jodoh
di perjalanannya itu. Ayahandanya membekali pangeran Munding Larik dengan
sebuah gambar bernama Nusa Tiga Puluh Tiga - Bengawan Sewidak Lima, menurutnya
di sanalah nanti pangeran Munding Larik akan bertemu jodoh. Pangeran juga
dibekali dengan sebuah senjata bernama Senjata Sejuta Malang dan sebilah keris
bernama Keris Gagak Karancang.
Pangeran dengan ditemani patihnya memutuskan untuk
meneruskan perjalanan lewat daratan. Setelah berjalan jauh akhirnya mereka
sampai di sebuah dataran tinggi. Iseng-iseng pangeran membuka gambar yang
diberikan ayahnya. Alangkah terkejutnya karena ternyata daerah tersebut sama
persis dengan gambar yang dipegangnya. Maka pangeran dan para pengikutnya
memutuskan untuk menemui raja negeri tersebut.
Prabu Panggung Keraton dengan senang hati menerima
kedatangan Pangeran Munding Larik. Dijelaskannya bahwa negeri tersebut sedang
mengadakan sayembara untuk mendapatkan adik semata wayangnya. Pangeran Munding
Larik memutuskan untuk ikut sayembara tersebut dan ternyata bisa memecahkan
teka-teki sang putri dengan mudah.
"Artinya bahwa setiap ilmu kesejahteraan adalah jalan menuju keselamatan. Itulah yang dinamakan kehampaan sejati. Yang berarti asal yang sejati dan kehidupan yang sejati. Siapa pun yang sudah memahami hal tersebut, maka tentunya akan bertemu dengan kesejahteraan dan keselamatan. Dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan sejati," tutur pangeran Munding Larik.
"Artinya bahwa setiap ilmu kesejahteraan adalah jalan menuju keselamatan. Itulah yang dinamakan kehampaan sejati. Yang berarti asal yang sejati dan kehidupan yang sejati. Siapa pun yang sudah memahami hal tersebut, maka tentunya akan bertemu dengan kesejahteraan dan keselamatan. Dan itulah yang disebut dengan kesempurnaan sejati," tutur pangeran Munding Larik.
Karena pangeran berhasil menebak arti teka-teki
tersebut, maka pangeran Munding Lariklah yang memenangkan sayembara tersebut
dan berhak mempersunting putri Rarang Purbaratna. Maka segeralah digelar pesta
pernikahan besar-besaran. Seluruh rakyat negeri Dayeuh Mangung menyambut
gembira dan ikut berpesta di istana.
Tidak demikian halnya dengan para raja yang gagal
mempersunting putri Rarang Purbaratna. Salah satunya prabu Gajah Menggala. Dia
berniat melaksanakan sumpahnya untuk mengganggu ketentraman negri Dayeuh
Manggung. Dia lalu pergi ke Goa Jotang untuk menemui siluman Jonggrang
Kalapitung yang terkenal sakti dan memintanya untuk menculik putri Purbaratna.
Tentu saja itu adalah hal mudah bagi siluman tersebut.
Dengan mudah dia menemukan kamar putri Rarang Purbaratna yang saat itu sedang
tertidur pulas. Namun begitu melihat kecantikan sang putri, Jonggrang
Kalapitung jatuh hati. Alih-alih menculik sang putri untuk dibawa ke tempat
prabu Gajah Menggala, Jonggrang Kalapitung malah menyembunyikannya.
Prabu Panggung Keraton
sangat marah mengetahui adiknya diculik. Dia mengutus patihnya untuk menemui
prabu Gajah Menggala yang diyakini sebagai dalang penculikan adiknya. Namun
patihnya malah menemui ajal di tangan prabu Gajah Menggala. Maka prabu Panggung
Keraton memutuskan untuk menghadapinya sendiri. Maka berangkatlah ia ke negeri
Kuta Genggaleng.
Saat bertemu mereka pun bertarung. Keduanya sama-sama
sakti. Berbagai jurus dan ilmu mereka keluarkan. Akhirnya menjelang sore, prabu
Gajah menggala yang sudah kelelahan dapat dikalahkan oleh prabu Panggung Keraton.
Dengan ketakutan Prabu Gajah Menggala memohon ampun dan berjanji akan
mengembalikan putri Rarang Purbaratna. Maka dia pun segera menemui Jonggrang
Kalapitung dan membawa kembali putri Rarang Purbaratna ke negerinya.
Namun rupanya Jonggrang Kalapitung yang sudah jatuh hati
masih menyimpan rasa sukanya kepada putri Rarang Purbaratna. Maka beberapa
bulan kemudian saat sang putri sedang hamil tua, Jonggrang Kalapitung kembali
menculiknya. Namun di perjalanan putri Rarang Purbaratna melahirkan bayi
kembar, sehingga Jonggrang Kalapitung memutuskan untuk merubah dirinya menjadi
ular besar lalu menelan sang putri dan meninggalkan bayi kembarnya di tengah
hutan.
Prabu Panggung Keraton
yang menyusul menemukan kedua bayi kembar tersebut. Ajaib sekali, meski masih
bayi mereka sudah bisa berlari-lari sehingga sang prabu pun maklum bahwa mereka
bukan bayi sembarangan. Maka mereka bertiga pun segera mengejar ular besar yang
menelan putri Rarang Purbaratna. Setelah melalui perkelahian yang sangat seru,
Jonggrang Kalapitung pun tewas tertebas keris pusaka prabu Panggung Keraton.
Akhirnya mereka berhasil mengeluarkan putri Rarang
Purbaratna yang ternyata masih hidup dan kembali ke negeri Dayeuh Manggung. Dan
mereka pun hidup berbahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar